Wednesday, December 10, 2008

Ketika Ibu Telah Menjadi Tua

Seorang ibu tua bersama seorang anak laki-lakinya yang sudah beranjak dewasa sedang duduk di sofa ruang tamu rumah mereka. Mereka berbincang-bincang ceria tentang kehidupan yang telah mereka lalui selama itu.
Ketika asyik berbincang-bincang, sang ibu melihat seekor burung gereja terbang dan hinggap di pagar halaman rumah mereka, dan ibu pun bertanya pada anaknya: "Nak, apa itu?" Sang anak menjawab dengan lembut: "Oh, itu burung gereja, Ma." Mereka pun melanjutkan perbincangan mereka, dan tak lama kemudian sang ibu bertanya pula: "Nak, apakah itu?" Sang anak menjawab: "Mama, saya kan sudah bilang, itu burung gereja." Namun tak lama setelah itu, sang ibu bertanya untuk yang ketiga kalinya:"Nak, apakah itu?" Mendengar pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya dari ibunya, sang anak rupanya kehilangan kesabarannya dan menjawab dengan nada keras: "Mama! sudah tiga kali ini mama bertanya hal yang sama, dan aku sudah menjawab tiga kali bahwa itu adalah burung gereja!"
Sang ibu tersenyum, lalu beranjak masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian, ia kembali menemui anaknya di sofa di mana mereka berbincang-bincang sambil membawa sebuah buku diari tua di tangan keriputnya.
Sambil tersenyum, sang ibu terus membuka lembar demi lembar diarinya, seolah dirinya terhanyut pada masa-masa menyenangkan di masa lalu.
Ketika tiba di suatu halaman diarinya, sang ibu mulai membaca dengan bersuara.
"Hari ini, aku bahagia sekali, bisa duduk bersama anak laki-lakiku di sofa ruang tamu rumahku. Kami bercanda, bercengkrama seolah tiada hari yang lebih menyenangkan selain hari itu. Aku mendongeng cerita kesukaan anakku, dan ia dengan menggemaskan serius mendengarkan dongeng yang aku ceritakan. Oh ya, anakku sekarang sudah berumur 3 tahun. Dia adalah anak yang cerdas dan pintar. Dia selalu ingin tahu akan hal yang baru dilihatnya. Seperti hari ini, saat aku tengah bercerita, tiba-tiba seekor burung terbang dan hinggap di pagar halaman rumahku. Anakku tiba-tiba berdiri dan berlari ke jendela sambil bertanya: "Mama, apa itu?" Aku mengatakan padanya bahwa itu adalah burung gereja. Tak lama setelah itu ia menanyakan hal yang sama, dan aku menjawab dengan sabar setiap pertanyaan yang sama, yang ditanyakannya padaku. Dan hari ini, anakku bertanya tentang burung gereja sebanyak 25 kali."
Ketika mendengar ibunya membaca diari yang ditulisnya 30 tahun lalu, sang anak segera menyadari kesalahannya, dan segera berlari dan berlutut di depan sang ibu sambil meminta maaf padanya.
Sang ibu dengan arif, membelai kepala anaknya dengan lembut dan berkata: "Nak, mama selalu memaafkan engkau disaat engkau melakukan kesalahan, sekalipun engkau tidak mengatakannya padaku. Apa yang engkau pelajari hari ini, ajarkan pada anak-anakmu tentang arti kasih sayang orang tua."

Bagaimana sikap kita kepada orang tua kita, ketika mereka telah mulai lanjut usia? Bukankah kita seringkali kehilangan kesabaran dalam menghadapi mereka, dan kita sering merasa direpotkan oleh mereka?
Sahabatku, kita seringkali melakukan hal-hal itu pada orang tua kita, entah kita sadar atau tidak melakukannya. Mulai saat ini, kita harus benar-benar belajar untuk mengasihi mereka, seperti mereka telah mengasihi kita di saat kita masih lemah dan tidak berdaya dalam menjalani kehidupan ini. Ingatlah, bahwa suatu saat nanti, kita pun akan menjadi orang tua seperti mereka.

No comments: