Showing posts with label Follow Me. Show all posts
Showing posts with label Follow Me. Show all posts

Thursday, December 4, 2008

Emotions & Disease

The medical world admits that 75% to 85% of all disease is stress-related. That would make most diseases emotionally rooted, wouldn't it? If God tells us to be "anxious for nothing." Should we be? Can He bless us if we continue to disobey without even a heart to make an effort to change? Do we believe the world's "go-go/run-run" instead of Him...and thereby reap the consequences of it? If God gives us a command should we obey it? If we do not, aren't there natural consequences?

So when we beg God for healing and it doesn't come ... is it because we have" asked" to be sick and weak? In Deuteronomy God gave a choice of being blessed or being cursed. Do we make the choices for the curses and expect the blessings? Is God's Word true and is He unchangeable - the same today, yesterday and tomorrow? Scripture tells us that He will show mercy where He will show mercy, so there can always be exceptions, but basically as I see it, He has set the world up and it works the way He ordained it to do so.

As Pastor Henry Wright puts it in the book, "A More Excellent Way," "It isn't that God cannot heal, it's an issue that He can't do it without denying His own holiness and giving us a leavened gospel that would say we can keep our sin and receive His blessings."

I've been reading Dean Ornish's book, "Love and Intimacy" which mentions all the research that has been done with heart disease, and other health issues, and the link between relationships and the emotional side of health. When they studied this, all of the "environmental" factors didn't even count. If somebody had a meaningful, loving relationship (and the more they had the better the odds), then their prognosis ended up so much better (like 6X) than those without. And the amazing part of it was that it crossed the boundaries of the co-factors of smoking, diet, drinking, exercise, etc.

As I read I thought of what the Bible says: "the greatest of these is love" and "love covers a multitude of sins" (diet, toxins, etc.). VERY intriguing! I thought about the environmental factors in regards to cancer, allergies and the diseases of our present age. If the toxins are the key, then why doesn't EVERYBODY have the diseases from it? Why do some people seem to slip right on through without the health problems?

The studies show that where diet (junk) enters, so does disease ... but is that because the nutrient deficiencies make us addicted, messes with our blood sugar, and changes our mood and personalities?

Or is it the other way around? Do we eat the junk because of a love hunger and hatred for our own body? That's what Dr. Ornish mentioned. You can tell people how much difference changing the diet makes, but unless the person loves himself, he doesn't have any motivation to leave what he does love behind - the junk food.

Think about it!


Temporary Satisfication

A. W. Tozer says, “The man who has God for his treasure has all things in One. Many ordinary treasures may be denied him, or if he is allowed to have them, the enjoyment of them will be so tempered that they will never be necessary to his happiness.”

I’ve been reading a book given to me by my Auntie Carolyn. “Seasons Of My Heart,” written by Barbara Peretti. In it she details her marriage with Frank Peretti and the many struggles they had financially and spiritually along the way.

From 1972 to 1990 they prayed in most of their daily provisions and worked toward their dreams at what seemed like a slow pace, as they grew in character and wisdom and love for each other. During this time they lived in a remodeled chicken coop growing food and counting pennies. In 1990 Frank Peretti’s novels were bringing in overflowing blessings and they were finally able to build a home.

A dream come true for Barbara was to purchase some fine Queen Anne furniture, at about the same time as they added a Great Pyrenees puppy to the family since they could now afford food for another mouth. The beautiful cherry furniture brought great pleasure, as did the adorable puppy, Reuben.

She writes, “One day while vacuuming I was horrified to discover deep teeth marks in the legs of my cherished wing chairs. I couldn’t believe my eyes! Surely the sweet, bundle of fur that delightfully nuzzled our necks with his wet little doggy nose wouldn’t do such a thing! I had never found a shredded sock, not even a shoe with a hole in the sole. But though the disfiguring evidence was merely circumstantial, I had to rule Reuben the guilty party.

I have never replaced the scarred chair legs. Instead I allow the deep scratches to remind me that ordinary treasures are perishable; they cannot offer enduring enjoyment. The bright spring flowers come and go with the passing seasons, our furniture has since accumulated additional mars and scratches, even our puppy “has aged and his 148-pound frame is resting from a second knee surgery. The distinct pleasure each earthly thing brings to our lives is temporal; the joy it affords lasts but for a season.

Limitless joy, on the other hand, is found in God’s immeasurable bounty. The pearls of wisdom that do endure the test of time lie hidden in God’s Word. They are awaiting our discovery. Deep abiding peace comes when we apply God’s principles to our lives; and for those who accept Christ’s redeeming act of death on the cross, He extends the most valuable treasure of all - life eternal.”

Wednesday, December 3, 2008

Gerejaku sayang, gerejaku malang

Trenyuh rasa hati ini, melihat gereja di mana aku dididik dalam iman, gereja yang aku lihat dibangun atas dasar iman dan kehidupan doa yang kemudian memberkati begitu banyak gereja yang lain, kini tidak lagi mencerminkan kehidupan gereja yang bersumber dari kasih karunia Allah.
Rumah Tuhan yang seharusnya dipenuhi dengan hamba-hamba Allah yang dengan ketulusan hati serta kesetiaan mengabdi kepada Sang Pemberi kasih karunia, kini dipenuhi bahkan dikangkangi oleh segelintir preman-preman yang mengatasnamakan pelayanan kasih kepada Allah.
Kata-kata penuh penghiburan dan pembangkit harapan kini nyaris tak terdengar. Rasa tenang dan damai bergulir menjadi kecemasan dan ketakutan karena intimidasi dan teror yang senantiasa bergaung di setiap lorong bangunan rumah Tuhan.
Pengajaran tentang iman kepada Allah yang harus dihidupi oleh setiap hamba Tuhan yang terlibat di dalam pengembangan kerajaan Allah, seolah pupus dan beralih harapan pada segelintir manusia yang menyebut diri sang penguasa. Tiada lagi asa pada berkat Allah. Yang ada hanyalah penantian terhadap tunjangan rutin.
Pengajaran untuk berbagi berkat terhadap sesama menguap seiring tumbuhnya keserakahan. Persembahan jemaat seolah sekedar upeti yang bisa seenaknya dipakai untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri melalui proyek-proyek rekayasa dengan kedok penambahan fasilitas jemaat.
Dahulu suara Tuhan dicari untuk diterjemahkan sesuai kehendak Tuhan, sekarang suara "sang penguasa" diperdengarkan seolah sebagai suara Tuhan. Suara Tuhan bukan lagi dianggap sebagai kedaulatan Allah, tetapi hanya sekedar konfirmasi dari kehendak hati sang penguasa.
Ah... gerejaku sayang....
engkau kini diubah menjadi gereja yang penuh persoalan sengketa, tiada lagi jalan kasih dan kelemahlembutan. Tiada hukum kasih, tetapi hukum rimba. Bukan yang hidup taat dan menuruti firman Allah yang memiliki kuasa dan mengimpartasikan kuasa Ilahi, tetapi yang menguasai keuanganlah yang memegang kekuasaan.
Kebenaran sudah mati! Orang-orang yang dengan berani menyuarakan kebenaran dibunuh karakternya. Penjilat dan pencari muka serta orang-orang yang tidak memiliki iman hidup dengan nyaman di dalamnya. Orang-orang kritis yang punya hati terhadap gereja dan pekerjaan Tuhan dibabat habis, diganti kerbau-kerbau yang telah dicucuk hidungnya dengan jabatan dan sejumlah uang. Ah... sungguh menjijikkan!
Sampai berapa lama Tuhan membiarkan hal seperti ini terus terjadi?
Sungguh malang nasib gerejaku. Tapi aku tahu, bahwa tidak selama-lamanya Tuhan mengijinkan penindasan. Aku tahu gereja di mana aku dididik dan bertumbuh pasti dipulihkan oleh Tuhan, Kepala Gereja.

Follow Me... (ke mana dulu...?)

Pagi ini, waktu aku berangkat kerja, di sebuah traffic light aku melihat seorang gadis cantik, dan kelihatan terpelajar. Ada sesuatu yang membuatku tersentak ketika melihat ke arahnya. Bukan karena terpesona dengan kecantikannya, tetapi melihat pakaian yang dikenakannya.
Emang sih, apa yang dipakainya itu sangat sopan, tapi yang membuatku geleng-geleng kepala adalah tulisan di pakaiannya itu: Follow Me to Hell...
Dalam analisis singkat dalam hatiku, aku berpikir bahwa bagiku itu adalah hal yang sangat aneh. Pertama, adalah aneh karena tidak mungkin gadis itu tidak mengerti makna dari kalimat yang tertulis di bajunya. Kedua, bagiku itu aneh karena sepertinya gadis tersebut berseberangan haluan dengan kebanyakan orang yang justru ingin mengajak sesamanya ke sorga.
Setibanya di kantor, aku kembali merenungkan apa yang aku lihat tersebut, dan akhirnya aku menemukan realitas yang lebih banyak lagi tentang fenomena di akhir zaman. Di saat ini, betapa banyak orang bangga untuk menunjukkan identitasnya sebagai pengikut Iblis. Suatu ketika aku pernah melihat sticker yang dipasang di kaca belakang sebuah mobil yang berbunyi "The Satan Followers" dan nopol mobilnya 666, dan beberapa kali melihat sticker atau coretan-coretan di dinding yang isinya begitu mengidolakan Setan.
Yah...beginilah emangnya keadaan akhir zaman. Tuhan sendiri sudah bilang, kalo di akhir zaman, orang yang kudus akan semakin kudus, orang yang jahat akan semakin jahat.
Sesungguhnya, hal-hal semacam ini merupakan tantangan bagi kita yang menyebut diri sebagai anak-anak Allah. Mereka mengajak orang untuk mengikuti jejaknya karena ada sesuatu yang dapat diandalkan untuk "diteladani" sekalipun itu teladan yang pastinya bertentangan dengan kehendak Allah.
Hai, orang-orang muda, bukankah firman Tuhan berkata pada kita agar kita menjadi teladan dalam segala aspek kehidupan kita, sekalipun kita muda sehingga tidak ada seorang pun yang merendahkan kita karena kita masih muda. Kenallah Allahmu selagi engkau muda, dan Ia akan membimbing langkah hidupmu dalam kehendak-Nya, sehingga engkau pun dapat berkata kepada setiap orang Follow Me to Heaven!

Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. (1 Tim 4:12)

God Bless You